A NEW self-assurance has spread through financial markets. The MSCI index of global stocks is up by more than 7% since the start of the year and by almost 20% since early October. Bond yields in Spain and Italy, the two biggest of Europe’s embattled peripheral economies, have fallen to their lowest levels in three months. Greece’s fraught negotiations with its creditors have dulled the rally this week—but only a bit. Given that a huge sovereign default could occur in scarcely more than a month, there is strangely little nervousness.
Why the exuberance? In part it reflects genuinely good economic news, especially in America, where January’s far stronger-than-expected employment figures, along with upbeat statistics from manufacturing and services, suggest that recovery in the world’s biggest economy really is gaining momentum. The cheerier mood is also based on a belief that the European Central Bank (ECB) has vanquished the worst dangers for the single currency with its massive provision of three-year liquidity to the region’s banks. Calamities that seemed all too plausible a couple of months ago, such as the collapse of a big European bank or a series of failed bond auctions leading to the imminent fracturing of the single currency itself, now seem highly unlikely.
In addition, the market rally is a natural reaction to the fact that central bankers have doubled down on their commitment to cheap money. The Federal Reserve recently made clear that it does not expect to raise interest rates until the end of 2014, much later than expected. The Bank of England, which was due to meet on February 9th after The Economist went to press, is likely to launch another round of bond-buying. The ECB, which meets the same day, may cut rates again soon.
Will the good news last? Recent history suggests caution. A year ago America’s economy was widely expected to accelerate, boosted by the Fed’s second round of bond-buying. Instead growth slumped, pulled down by a combination of outside shocks (higher oil prices as a result of the Arab spring, disrupted supply chains after the Japanese earthquake) and policy errors at home and abroad (wrangling over America’s debt ceiling and the ever-deepening euro mess).
Too soon to celebrate
America’s economy is in better shape this time, not least because households have reduced their debt further and the housing market is closer to a bottom. But the euro zone’s debts are bigger than ever; many of its economies are in recession. And the list of potential spoilers is uncomfortably similar to that of a year ago. Tensions with Iran could spawn a 2012 oil shock. Meanwhile, the risk of policy mistakes remains worryingly high on both sides of the Atlantic: central bankers may have saved the day, but politicians could still mess things up.
In America that could happen because good economic news, oddly enough, reinforces partisan gridlock. With unemployment falling and optimism rising, both Republicans and Democrats in Congress have less incentive to set aside election-year posturing. The most imminent decision is whether to extend the payroll-tax cut and unemployment insurance, both of which are set to expire at the end of February. Failure to extend them might not kill the recovery, but would surely weaken it. Far more dangerous is the budget debacle looming later in the year. Under current law the Bush tax cuts expire on December 31st and a slew of automatic spending cuts kick in. Together they would amount to a fiscal tightening of almost 4% of GDP, more than enough to drag the economy down again. At the same time America needs a credible plan to fix its medium-term finances, a plan that would include tax reform and measures to rein in spending on health care and pensions. The political calendar makes all this hard enough. A stronger economy will tempt politicians to even more partisan rigidity.
The dynamic is not dissimilar in Europe, where the ECB’s bold provision of liquidity has calmed nerves and limited the severity of the bond crisis and the recession. The trouble is that the ECB’s success has reinforced Germany’s conviction that its preferred solution to solving the single currency’s underlying problems—namely, a hefty dose of austerity for all—is the right one. A lasting solution for the euro will require a more balanced approach, one which includes a greater focus on growth. Unfortunately, today’s calm makes it less likely that German politicians will countenance such a shift, with the result that the euro zone’s troubles will fester.
It may sound churlish to dwell on the potential for politicians to spoil the party when, at last, the news is better than expected on both sides of the Atlantic. Sadly, based on the recent past, it’s plain prudent. This newspaper will be ready to celebrate only when politicians, and not just central bankers, start making the right choices.
http://www.economist.com/node/21547242
Thursday, 22 March 2012
Tingkatkan Konsumsi Sapi untuk Pancing Investasi Australia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Perdagangan menyatakan akan meningkatkan pembelian dan konsumsi daging sapi dari 2 kilogram orang per tahun menjadi 20 kilogram orang per tahun. Tujuan Kemendag agar perusahaan peternak sapi di Australia melakukan investasi di Indonesia.
Salah satu cara mendekatkan para investor Australia, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan membuktikan kalau masyarakat kita telah meningkat daya beli daging sapi. Selain itu Gita Wirjawan membawa bukti kalau tingkat perekonomian Indonesia meningkat sampai 6 persen tahun 2011.
"Tadi saya jelasin bahwa kita itu sekarang purchasing powernya sudah meningkat dan tidak mau konsumsi sapi 2 kilo pertahun, kalau bisa kita tingkat ke 20 kilo,"ujar Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan di kantornya, Rabu (21/3/2012).
Kini pihak Pemerintah sedang menyiapkan tesis investasi untuk diberikan kepada Australia. Mengingat negara Australia sangat ketat dalam standard pengiriman dan pembelian produk-produknya.
"Ya jadi tesis investasi benar-benar harus dibuktikan oleh mereka, mereka harus bisa dibuktikan khususnya di sapi. Sapi ini besar sekali. Mereka keliatannya sekarang terbuka sekali matanya dan tadi memberikan perspektif seberapa besar peluangnya,"ungkap Gita.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama | Editor: Hendra GunawanSalah satu cara mendekatkan para investor Australia, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan membuktikan kalau masyarakat kita telah meningkat daya beli daging sapi. Selain itu Gita Wirjawan membawa bukti kalau tingkat perekonomian Indonesia meningkat sampai 6 persen tahun 2011.
"Tadi saya jelasin bahwa kita itu sekarang purchasing powernya sudah meningkat dan tidak mau konsumsi sapi 2 kilo pertahun, kalau bisa kita tingkat ke 20 kilo,"ujar Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan di kantornya, Rabu (21/3/2012).
Kini pihak Pemerintah sedang menyiapkan tesis investasi untuk diberikan kepada Australia. Mengingat negara Australia sangat ketat dalam standard pengiriman dan pembelian produk-produknya.
"Ya jadi tesis investasi benar-benar harus dibuktikan oleh mereka, mereka harus bisa dibuktikan khususnya di sapi. Sapi ini besar sekali. Mereka keliatannya sekarang terbuka sekali matanya dan tadi memberikan perspektif seberapa besar peluangnya,"ungkap Gita.
http://www.tribunnews.com/2012/03/21/tingkatkan-konsumsi-sapi-untuk-pancing-investasi-australia
Active and Passive Sentences
NPM: 162 11 282
KELAS: 1EA06
1. Tara slapped the boy on his face
The boy was slapped on his face
2. The princess invited us to dinner
We were invited to dinner by the princess
3. I shall give her a new pen
She will be given a new pen
4. He writes the letter carefully
The letter is written carefully
5. He meets them everyday
They are met by him everyday
6. She waters this plant every two days
This plant is watered by her every two days
7. She buys a book
A book is bought by her
8. I am studying english
English is being studied by me
9. Nick is going to help merry
Merry is going to be helped by Nick
10. Janet will read magazine
Magazine will be read by Janet
Magazine will be read by Janet
http://agung-24.blogspot.com/2011/03/kalimat-aktif-dan-pasif.html
http://edcedu.wordpress.com/2008/11/10/ayo-belajar-kalimat-aktif-dan-pasif/
Monday, 19 March 2012
Lima Masalah yang Sering Diadukan Konsumen Perbankan
Jakarta (ANTARA News) - Ada lima hal yang sering diadukan konsumen perbankan, kata salah satu pengurus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo.
"Keluhan pertama tentang tingkat bunga yang berlebihan, ketidakadilan penetapan biaya (charge), dan penalti," kata Sudaryatmo dalam jumpa pers peringatan Hari Hak Konsumen Sedunia di Jakarta, Kamis.
Pengaduan kedua dan ketiga yaitu iklan perbankan yang menyesatkan dan sikap tidak etis penagih utang.
"Pengaduan berikutnya (keempat dan kelima) adalah surat klausula baku yang tidak adil dan persoalan ganti rugi," kata pengacara kepentingan publik itu.
Sudaryatmo mengemukakan konsumen mengadukan keluhannya ke berbagai lembaga selain kepada pihak bank secara langsung.
"Lembaga-lembaga yang menjadi tempat aduan konsumen antara lain biro mediasi perbankan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), lembaga konsumen seperti YLKI, media massa dengan mengiri surat pembaca, dan pengadilan," kata pengurus bidang keuangan, perumahan, perkerta-apian, penerbangan, dan kesehatan itu.
Pengaduan yang disampaikan oleh seorang konsumen, menurut Sudaryatmo, menjadi pembelajaran bagi konsumen lain yang menggunakan layanan serupa dan masukan bagi pelaku usaha untuk membenahi kualitas produk dan layanan.
"Kalau pelaku usaha banyak mendapat keluhan berarti usahanya punya masa depan karena masih banyak orang yang peduli," kata Sudaryatmo.
Bagi pemerintah, lanjut Sudaryatmo, pengaduan konsumen menjadi bahan perbaikan penetapan kebijakan-kebijakan terkait. (I026)
** http://www.antaranews.com/berita/301598/lima-masalah-yang-sering-diadukan-konsumen-perbankan
"Keluhan pertama tentang tingkat bunga yang berlebihan, ketidakadilan penetapan biaya (charge), dan penalti," kata Sudaryatmo dalam jumpa pers peringatan Hari Hak Konsumen Sedunia di Jakarta, Kamis.
Pengaduan kedua dan ketiga yaitu iklan perbankan yang menyesatkan dan sikap tidak etis penagih utang.
"Pengaduan berikutnya (keempat dan kelima) adalah surat klausula baku yang tidak adil dan persoalan ganti rugi," kata pengacara kepentingan publik itu.
Sudaryatmo mengemukakan konsumen mengadukan keluhannya ke berbagai lembaga selain kepada pihak bank secara langsung.
"Lembaga-lembaga yang menjadi tempat aduan konsumen antara lain biro mediasi perbankan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), lembaga konsumen seperti YLKI, media massa dengan mengiri surat pembaca, dan pengadilan," kata pengurus bidang keuangan, perumahan, perkerta-apian, penerbangan, dan kesehatan itu.
Pengaduan yang disampaikan oleh seorang konsumen, menurut Sudaryatmo, menjadi pembelajaran bagi konsumen lain yang menggunakan layanan serupa dan masukan bagi pelaku usaha untuk membenahi kualitas produk dan layanan.
"Kalau pelaku usaha banyak mendapat keluhan berarti usahanya punya masa depan karena masih banyak orang yang peduli," kata Sudaryatmo.
Bagi pemerintah, lanjut Sudaryatmo, pengaduan konsumen menjadi bahan perbaikan penetapan kebijakan-kebijakan terkait. (I026)
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2012** http://www.antaranews.com/berita/301598/lima-masalah-yang-sering-diadukan-konsumen-perbankan
Thursday, 15 March 2012
Produk Life Cycle
1. Tahap Perkenalan (Introduction)
a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy)
Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran.
b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran.
c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar.
d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah.
a. Strategi peluncuran cepat (rapid skimming strategy)
Peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi yang tinggi. Perusahaan berusaha menetapkan harga tinggi untuk memperoleh keuntungan yang mana akan digunakan untuk menutup biaya pengeluaran dari pemasaran.
b. Strategi peluncuran lambat (slow skimming strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi untuk memperoleh keuntungan sedangkan sedikit promosi untuk menekan biaya pemasaran.
c. Strategi penetrasi cepat (rapid penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk pada harga yang rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar yang paling besar.
d. Strategi penetrasi lambat (slow penetration strategy)
Merupakan peluncuran produk baru dengan tingkat promosi rendah dan harga rendah. Harga rendah ini dapat mendorong penerimaan produk yang cepat dan biaya promosi yang rendah.
2. Tahap Pertumbuhan (Growth)
Selama tahap pertumbuhan perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin dengan cara:
a. Meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik.
b. Perusahaan menambahkan model – model baru dan produk – produk penyerta (yaitu, produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk utama)
c. Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
d. Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi yang baru.
e. Perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising)
f. Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga dilapisan berikutnya.
3. Tahap Kedewasaan (Maturity)
a. Perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat dan lebih berkonsentrasi sumber daya pada produk yang lebih menguntungkan dan pada produk baru.
b. Memodifikasi pasar dimana perusahaan berusaha untuk memperluas pasar untuk merek yang mapan.
c. Perusahaan mencoba menarik konsumen yang merupakan pemakai produknya.
d. Menggunakan strategi peningkatan keistimewaan (feature improvement) yaitu bertujuan menambah keistimewaan baru yang memperluas keanekagunaan, keamanan atau kenyaman produk.
e. Strategi defensif dimana perusahaan untuk mempertahankan pasar yang mana hasil dari strategi ini akan memodifikasi bauran pemasaran.
f. Strategi peningkatkan mutu yang bertujuan meningkatkan kemampuan produk, misalnya daya tahan, kecepetan, dan kinerja produk.
g. Strategi perbaikan model yang bertujuan untuk menambah daya tarik estetika produk seperti model, warna, kemasan dan lain – lain.
h. Menggunakan take-off strategy yang mana marupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mencapai fase penerimaan konsumen baru, strategi ini dapat memperbaharui pertumbuhan pada saat produk masuk dalam kematangan.
4. Tahap Penurunan (Decline)
a. Manambah investasi agar dapat mendominasi atau menempati posisi persaingan yang baik.
b. Mengubah produk atau mencari penggunaan/manfaat baru pada produk
c. Mencari pasar baru
d. Tetap pada tingkat investasi perusahaan saat ini sampai ketidakpastian dalam industri dapat diatasi
e. Mengurangi investasi perusahaan secara selesktif dengan cara meninggalkan konsumen yang kurang menguntungkan.
f. Harvesting strategy untuk mewujudkan pengembalian uang tunai secara cepat
g. Meninggalkan bisnis tersebut dan menjual aset perusahaan.
Berikut ini beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang berada pada fase decline:
• Meningkatkan investasi perusahaan untuk mendominasi pasar atau memperkuat posisi persaingan
• Mempertahankan level investasi perusahaan sampai pada titik dimana ketidakpastian terhadap industri menjadi jelas
• Mengurangi tingkat investasi perusahaan secara selektif dengan cara meninggalkan kelompok customer yang tidak memberikan keuntungan, serta meningkatkan investasi pada pasar yang memberikan keuntungan
• Mengambil investasi perusahaan untuk memperoleh dana cair (cash) dalam waktu yang singkat
• Meninggalkan bisnis dalam waktu yang singkat dengan cara menjual aset perusahaan secepatnya
Dalam memilih strategi yang tepat untuk dilakukan, perusahaan harus melihat kondisi industri yang ada serta kekuatan perusahaan untuk bersaing dalam industri tersebut. Jika kondisi industri sudah tidak menarik tetapi kekuatan perusahaan masih ada, maka sebaiknya perusahaan mempertimbangkan untuk meninggalkan industri tersebut. Sedangkan jika kondisi industri masih menarik dan perusahaan masih mempunyai kekuatan untuk bersaing, maka perusahaan dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan investasinya.
• Meningkatkan investasi perusahaan untuk mendominasi pasar atau memperkuat posisi persaingan
• Mempertahankan level investasi perusahaan sampai pada titik dimana ketidakpastian terhadap industri menjadi jelas
• Mengurangi tingkat investasi perusahaan secara selektif dengan cara meninggalkan kelompok customer yang tidak memberikan keuntungan, serta meningkatkan investasi pada pasar yang memberikan keuntungan
• Mengambil investasi perusahaan untuk memperoleh dana cair (cash) dalam waktu yang singkat
• Meninggalkan bisnis dalam waktu yang singkat dengan cara menjual aset perusahaan secepatnya
Dalam memilih strategi yang tepat untuk dilakukan, perusahaan harus melihat kondisi industri yang ada serta kekuatan perusahaan untuk bersaing dalam industri tersebut. Jika kondisi industri sudah tidak menarik tetapi kekuatan perusahaan masih ada, maka sebaiknya perusahaan mempertimbangkan untuk meninggalkan industri tersebut. Sedangkan jika kondisi industri masih menarik dan perusahaan masih mempunyai kekuatan untuk bersaing, maka perusahaan dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan investasinya.
Jika dilihat dari berbagai definisi tahapan dalam siklus tersebut, dapat dikatakan bahwa produk elektronik biasanya mempunyai siklus hidup yang cepat mengalami tahap decline, hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Contoh, flashdisk dengan kapasitas 128 mbyte, pasti saat ini sudah mengalami tahap decline. Sekarang orang jika ingin berniat membeli flashdisk mungkin akan mematok untuk membeli flashdisk minimal dengan kapasitas 2 Gigabyte. Bahkan toko-toko elektronik dan komputer sudah tidak mnyediakan lagi flashdisk dengan kapasitas 128 Megabyte. Sedangkan produk yang mempunyai daur hidup agak lama untuk mencapai tahap decline adalah makanan dan minuman . Contoh nasi, saya berani menjamin bahwa 10 tahun mendatang pasti bangsa Indonesia masih setia untuk makan nasi. Contoh lainnya aqua, sejak berdirinya aqua sampai sekarang (puluhan tahun) tetap memimpin pasar dan masih ada di tahap growth. Mungkin jika suatu saat air jernih menjadi langka di Indonesia,, pasti produk aqua semakin laku di pasaran.
1. Meningkatkan Konsumsi dengan cara membujuk konsumen untuk meningkatkan penggunaan produknya dengan berbagai manfaat yang ditawarkan. Contoh : untuk hasil maksimal gunakan pasta gigi sepanjang bulu sikat, apa pun makannya minumnya teh botol sosro, memakai sampo setiap hari membuat rambut sehat, dsb.
2. Mencari fungsi lain produk dari biasanya. Contoh seperti teh tidak hanya untuk ngeteh saja tapi dapat dibuat kreasi menjadi minuman yang lebih kompleks.
3. Memodifikasi produk agar tampil baru dan segar baik dari segi isi, kemasan, takaran, ukuran, manfaat, dan lain sebagainya. Contoh misal seperti produk unilever yang biasanya terus menerus mengganti isi pepsodent beserta kemasannya agar selalu tampil baru dan segar.
4. Mencari target konsumen baru
Jika pasar yang sudah ada sudah tidak dapat diandalkan untuk meningkatkan penjualan maka dapat ditempuh jalan dengan cara membidik segmen pasar baru untuk dibujuk untuk menjadi pelanggan. Contoh : rokok sampoerna hijau yang tadinya membidik golongan menengah ke bawah kini mulai membidik golongan menengah ke atas untuk memperluas segmen pasar.
Subscribe to:
Posts (Atom)